Kuratorial

Kabar Dari Timur

Seorang anak bertelanjang dada berdiri di tengah jalan setapak diantara pepohonan dan semak. Baju putih seragam sekolahnya ditaruh di kepalanya. Tangannya menggenggam plastik berwarna merah, senada dengan celananya. Dalam plastik itu ada sepatu, tas, buku dan perlengkapan sekolah lainnya. Namanya Sem, potret anak itu tergambar dalam foto karya Meriana Hana Nalu, siswi SDN Matawai Katingga Kelas Jauh Lapinu. Momen tersebut diambil ketika mereka berangkat sekolah. “Sem baju dan celananya basah, dia jemur pakaiannya di kepala supaya cepat kering dalam perjalanan menuju ke sekolah,” cerita Meri. Jarak sekolah dari rumah mereka sekitar 2 km, naik turun bukit dan menyeberang sungai yang membuat seragam Sem basah. Jika hujan besar atau sungai sedang meluap, mereka menginap di rumah dekat sekolah.

Foto portrait ini adalah satu dari 80 foto yang dipresentasikan dalam pameran foto “Kabar Dari Timur”. Pameran tersebut digelar secara daring, bisa diakses dari tanggal 11 Januari hingga 11 Maret 2020, pada tautan disini.

Fotografi kini telah menjadi milik semua orang, setidaknya di kota-kota besar atau daerah yang maju. Kita sedang hidup pada kebudayaan visual, sebuah peradaban baru yang membelenggu kehidupan sehari-hari. Produk-produk visual bertebaran dimana-mana, termasuk dalam genggaman. Perkembangan teknologi komunikasi melesat sangat cepat. Alat representasi mata bernama kamera mini yang terpasang dalam telepon genggam membuat semua orang bisa berfotografi kapan saja, dimana saja dan mengetahui hasilnya saat itu juga. Sekaligus dapat mengabarkan kepada orang lain dalam satu kali sentuhan. Disaat yang sama, kita bisa melihat visual dari berbagai tempat di Bumi ini.

Bagi anak-anak Sumba Timur ini, kamera adalah mainan baru. Fotografi bukanlah makanan visual dalam keseharian mereka. Pengalaman fotografi keluarga mereka mungkin bisa dihitung jari, hanya momen-momen penting seperti foto ijazah, pernikahan dan lain-lain. Program ‘Sumba Photo Stories’ mengajak siswa-siswi SD Masehi Kamanggih dan SDN Matawai Katingga Kelas Jauh Lapinu untuk mendokumentasikan dan menceritakan kehidupan di sekitar mereka dengan menggunakan medium fotografi. Meskipun terletak di kecamatan yang sama, ada perbedaan kondisi antara dua sekolah tersebut. SD Masehi Kamanggih terletak di desa yang cukup maju, jalan beraspal yang dilewati angkutan umum dan ada listirik. SDN Matawai Katingga Kelas Jauh Lapinu terletak di kampung yang akses jalannya cukup susah dan belum ada listrik. Disebut kelas jauh karena merupakan kelas darurat yang dibikin oleh masyarakat, karena tempat tinggal mereka cukup jauh dari sekolah induk, sekitar 6 km dengan jalan yang susah. Jika tidak ada kelas jauh ini, hampir dipastikan anak-anak lebih memilih ke kebun daripada ke sekolah. Perbedaan kondisi itu mempengaruhi pola pandang anak-anak dalam melihat obyek atau subyek di sekitar mereka. Ada 3 hal yang menjadi catatan: Pengalaman visual, kepercayadirian dan cara bertutur.

“Kabar Dari Timur” ini secuil representasi tentang kehidupan sehari-hari di dua lingkungan tersebut. Mungkin ini yang disebut ‘The Way of seeing’, anak-anak belajar melihat hal-hal sederhana di sekitar mereka, membaca situasi, kemudian tanpa sadar melakukan seleksi apa saja yang akan direkam dengan kameranya untuk diceritakan kepada orang lain. Sebuah proses yang menyenangkan; memotret dengan spontan, tanpa terbebani oleh urusan teknis dan estetika. Justru menghasilkan visual yang jujur, momen-momen apa adanya dan cerita lugas yang mungkin tidak terbayangkan oleh kita. Jika fotografer jurnalis dunia Robert Capa mengatakan “If your pictures aren’t good enough, you aren’t close enough”, maka anak-anak ini bukan hanya ‘dekat’, kekuatan karya mereka adalah karena mereka adalah obyek atau subyek mereka sendiri, mereka adalah bagian dari cerita yang mereka sampaikan. Sumba yang mereka ceritakan bukanlah tentang eksotisme seperti yang tergambar pada iklan-iklan pariwisata atau visual yang viral di media sosial. Melainkan sudut pandang lain, tentang identitas mereka, dan juga persoalan-persoalan penting yang disampaikan secara sederhana, yang barangkali mewakilli kondisi di daerah lain. Seperti masalah pendidikan, malaria (kesehatan), gizi, air dan lain-lain.

Terlepas dari apa yang dilihat dan diceritakan oleh anak-anak tersebut, poin penting lainnya adalah proses panjang yang dijalani. Pengalaman berfotografi ini membuat mereka melihat dan mengenali lingkungan mereka dengan lebih dalam. Rasa kepercayaan diri juga makin besar. Mereka tak lagi malu berbicara, tak malu menyampaikan gagasan, tak malu untuk bercerita tentang lingkungan dan diri mereka sendiri, terbuka dengan orang baru dan mulai lebih kritis.

Syafiudin ‘Vifick Bolang’
Mentor Photo Stories & Koordinator Tim Kurasi

Tentang Pameran

Pameran ini adalah sekilas kehidupan di timur, kehidupan di pedesaan Sumba Timur. Representasi kehidupan sehari-hari keluarga di daerah terpencil, ditangkap dari mata para siswa muda berusia 9 hingga 12 tahun.

Mereka membuka rumah untuk kami, berbagi makanan biasa dengan kami, mengundang kami untuk mengikuti mereka dalam perjalanan ke sekolah, melihat pulau dan bukit mereka dari pagi hingga malam. Mereka mengabadikan momen yang menandai kehidupan mereka dan menjelaskannya kepada kami. Menciptakan cerita dari gambar-gambar ini juga merupakan bagian penting dari pameran ini yang telah melalui proses kurasi. Mereka tidak hanya membuka pintu, tetapi juga ingin menjelaskan dan bercerita melalui foto. Sekarang kita hanya perlu menonton dan mendengarkan.

Dari pelosok kecamatan Kahaungu Eti di bagian timur kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, desa mereka bernama Kamanggih dan Matawai Katingga. 28 dari 48 anak yang telah mengikuti pelatihan adalah penulis dan seniman dari pameran bertajuk “Kabar Dari Timur” ini. Melalui foto-foto ini, penonton di Indonesia dan di seluruh dunia dapat membayangkan dan membenamkan diri dalam keseharian anak-anak di wilayah tersebut.

Karena pandemi Covid-19, pembatalan acara sosial budaya, dan penghentian kegiatan belajar mengajar di Indonesia, pameran harus disesuaikan. Karenanya, pameran ini diadaptasi secara online, membuatnya dapat diakses oleh audiens yang lebih luas melalui perangkat smartphone, tablet, atau komputer.

Media ini diharapkan dapat mentransposisi ulang pesan dari rangkaian foto dan cerita ini sedekat mungkin dengan kenyataan.

Pameran ini berlangsung hingga Maret 2021, melalui website sumbaphotostories.com

Sumba Photo Stories – Kabar dari timur

Tentang Sumba Photo Stories

Sumba Photo Stories adalah program yang digagas oleh Kawan Baik Indonesia dan Fair Future Foundations. Kumpulan informasi faktual dari sudut pandang subyektif para pelaku, yang mengikuti pelatihan, dengan menggunakan media fotografi dan membuat cerita dari fotonya.

Di lingkungan mereka dan melalui program sosial, budaya, dan pendidikan ini, para aktor menawarkan perspektif nyata tentang kualitas hidup mereka, berdasarkan wawasan otentik mereka.

Pameran “Kabar dari Timur” menampilkan anak-anak sebagai protagonis. Namun, program ini beradaptasi dan dapat diimplementasikan kepada subjek aktor yang beragam: kelompok perempuan, pengrajin tradisional, atau pelaku bidang pekerjaan tertentu lainnya.

Tujuan utama program ini adalah mempelajari keterampilan baru, seperti fotografi dan bercerita, peningkatan kemampuan penulisan untuk anak-anak dan orang dewasa, dan meningkatkan kepercayaan diri baik untuk berbicara atau mempresentasikan karya kepada audiens.

Karya yang dihasilkan, dalam hal ini photo stories, adalah karya seni tersendiri. Mereka juga menjadi dasar faktual yang dapat dianalisis untuk pekerjaan penelitian di bidang sosial budaya, pendidikan atau kesehatan.